Rabu, 20 Agustus 2014

Ocu? mmmm??? Aha .... dari Kampar kan?

Ocu adalah salah satu suku yang tidak terlalu besar di Riau salah satu suku dari Melayu. Orang-orang dari suku ini berasal dari Kabupaten Kampar Provinsi Riau. Memang hingga saat ini banyak kontroversi tentang asal-usul dari suku ini. Seperti, ada yang mengatakan orang-orang Ocu berasal dari Sumatera Barat, karena memang Kabupaten Kampar sendiri berbatasan langsung dengan Provinsi Sumatera Barat.
Pendapat pertama ini memang punya alasan sendiri karena budaya, adat istiadat, bahasa, struktur pemerintahan, hingga gaya bangunan agak memiliki kemiripan dengan budaya Sumatera Barat. Selain itu dalam sejarah daerah ini juga merupakan wilayah kerajaan Pagaruyung.
Akan tetapi, hingga saat ini, belum ada satu orang anak keturunan Ocu yang mau disebut sebagai orang Minang. Entah apa sebabnya, kemungkinan juga karena beberapa sifat antara Orang Ocu dengan Minang agak berbeda ditambah lagi dipengaruhi oleh faktor masa lalu dan sejarah.
Selain ada yang mengatakan dari Sumatera Barat, juga ada yang menyebutkan orang Ocu asli orang Melayu Daratan. Hal ini disebabkan di daerah Riau sendiri sifat dan karakteristik yang dimiliki oleh wilayah Kampar juga persis seperti adat dan kebudayaan di beberapa Kabupaten di Riau seperti Kabupaten Kuantan Singingi.
Ada juga yang mengatakan Kampar atau negeri Ocu merupakan wilayah atau kerajaan yang berdiri sendiri, karena memiliki kerajaan tersendiri. Apapun pendapat tersebut mesti dipastikan kebenarannya.
Kembali kepada Ocu. Selain sebuah suku, kata Ocu juga bisa disebut sebagai sebuah bahasa, yaitu bahasa Ocu – percampuran bahasa Melayu dengan bahasa Minang, dan mirip seperti bahasa Kuantan. Memang dalam kosa kata bahasa Ocu banyak yang sangat mirip dengan bahasa Melayu.
Selain bahasa, Ocu juga bisa digunakan untuk sebutan sebuah wilayah, dan sebutan bagi saudara atau anak yang ke empat hingga selanjutnya. Dalam adat Kampar, anak pertama oleh saudara-saudaranya dipanggil dengan sebutan Uwo (berasal dari kata Tuo, Tua, yang paling tua).
Anak kedua dipanggil oleh adik-adiknya dengan kata Ongah, yang berasal dari kata Tengah, artinya anak yang paling tengah, atau anak ke dua. Sedangkan anak yang ke tiga dipanggil oleh adik-adiknya dengan nama Udo, atau anak yang paling Mudo atau yang paling Muda.
Untuk anak yang ke empat baik laki-laki maupun perempuan, juga dipanggil dengan Ocu, yang kemungkinan besar juga berasal dari kata Ongsu, yang dalam bahasa Indonesianya berarti Bungsu atau anak yang bungsu (terakhir). Anak ke lima dan seterusnya juga berhak untuk disapa dengan Ocu.
Tidak hanya dalam struktur kekeluargaan saja kata Ocu ini digunakan, tapi juga digunakan bagi anak-anak yang lebih muda kepada teman, kerabat dan sanak keluarga. Seperti anak muda kepada yang sedikit lebih tua dari pada dirinya.
Kata ini juga dipakai sebagai panggilan kehormatan dan kebanggaan (bukan panggilan kebesaran seperti gelar adat) bagi orang Kampar.
Jadi Ocu adalah sebuah wilayah, suku, bahasa, adat, sebutan atau nama panggilan, dan panggilan kebanggaan bagi orang-orang di Kampar.***

Kamis, 24 April 2014

KAMUS BAHASA OCU






Ente orang mane? Kalau orang Indonesia ente harus kenal salah satu bahasa yang ada di Indonesia, yaitu bahasa OCU yang berasal dari Kabupaten Kampar Propinsi Riau.
Tengoklah....
A
abi=habis
Ala= telah,sudah (kata sambung)
Alio= pindah
Amai=ramai, bibi (panggilan isteri dari paman)
ancak=cantik
Anjak= pindah
Angkuong=bodoh
angkek = angkat
angek=panas
Anyuik=Hanyut
ayi=hari
ayu= air
Anyiu=Amis
Ambiok=Ambil
Apui=Hapus
Ancu=Hancur
adiok=adik

B
bai= mintak
baladi=baskom
baliok=pulang
bagara=canda
bante=bantal
boğek= berat
bongak alang=gilo=gila
baleco=ngawur
bakudi=alergi pada kulit, gatal-gatal
bakurok=berkurap
bantai=sembelih
buwuok=jelek
bongi=marah
bapusu-pusu=berduyun-duyun
basuo = berjumpa
C
cako=tadi,barusan
canduong=parang
come=hampir
come= cemas
copek = cepat
cito=cerita
ceghek=kendi
cighik=kotoran manusia
cabak=cangkul
cabiok=koyak
caluong=cangkiu=cangkir
cubo=coba
come=cemas
codiok=cerdas
colio=liar
cunduong=condong
cilako=celaka
cindu=cendol
cibuok=gayung
cik lalek=tahi lalat

D
den/deyan= saya,aku
dogie= nakal
duduok=duduk
Dusi=Ipar
Dongau=Dengar
Dunio=Dunia
dongki=nakal
E
elo / egang=tarik
F

G
galopuong=onde-onde
gate = gatal
goni=karung
gopuok=gemuk
galodiu=?
galosak=?
guguo=tukue=pukul
gocau=
gale=(barang) dagangan
godang=besar
gadi=gadis
goam=geram
H
hampai=hajar
hontam=hentam 

I
iduong = hidung
iyo=iya,ya
indak=tidak
isok=hisap
ilang=hilang
impik=tindih
isuok=besok
inyo=dia

J
jopuik= jemput
joghek=perangkap
jole= jelass
juluok= ?
K
kain sawuong= kain sarung
kambiu=kelapa
kampie=tas sandang daun pandang kering
kasu=kasur
kayie= kail, mata pancing
kayuo = kayuh, dayung
komai=kemari
kome=kemas
konciong=kencing,pipis
kondiok=babi hutan
kolian=kalian
kontuik=kentut
kosiok=pasir
kotan= nasi pulut yg tidak dicampur santan kelapa
kusuik=kusut
kuwui=kurrus
karengkang(godang karengkang)=keras kepala
konai=kena
kapiok=?
kociok=kecil
kolu=keluar
kalonsang=saku
komua=dulu
kosan=rupanya
kalonsang=saku
kubalo=menggembala

L
Litak = lapar
lobuo=jalan raya aspal
lolok=tidur
losuong=lesung
longio=sengau
lotuik=?
locuik=pukul
lantak=?
lengok=?
lome=?
lombuik=lembek
lotio / ponek=capek
longang=sepi
lapiok=tikar
lisuik=kurus
M
mamak=paman
mamboli=membeli
manjiek =memanjat
manogun=nongkrong
manjue= menjual
maopal=menghapal
mancora=ngobrol

N
Noang=Mereka
niniok=nenek
nonggok=nongkrong
nyangkuong=jongkok

O
obuok = rambut
olun = belum
ontala=entahlah
ongok=nafas
onguok=makan
obe=ontu=tau
onggak=?
ome=emas
oti=roti

P
Pai = Pergi
Palo = Kepala
pane,angek=panas
Ponek = Capek, Penat
poniong=pusing
potang= kemarin
pamaliong,pancole=pencuri
poluo=keringat
podio=perih
poca=pecah
posan=pesan
pucek=pucat

Q
qarupuok=kerupuk 

R
Roun= Jalan jalan

S
sampilik= pelit,bakil
sompan=sampan
sompik = sempit
sumbayang=shalat
soang= sendiri
suok= suap
sumondo = ipar
sasiwe=bersiul
sarawa=celana
salegho=selera
sogan=malas
sojuok=dingin
sonjo=senja
sayak=tempurung
soki=rezeki

T
Talingo = telinga
tambuo=tambah
tikuluok=kain batik panjang
tobang=tebang,terbang
tobe= tebal
tolok=sanggup
tumbuok=tumbuk
tungau=?
tatangkuik=tertelungkup
talontang=telentang
tengok=lihat

U
uwang= orang
utan=hutan
uma=rumahukai=ubi

V

W
waang=kamu
wang gek=orang tua
wokau= kamu

X

Y

Z


*Sumber: baidhowimembangun.blogspot.com

Uma Lontiok

Lontiok (lentik dalam Bahasa Indonesia) berarti melengkung atau bengkok. Lontiok memiliki bentuk melengkung ke atas yang memiliki simbol untuk menghormati Tuhan / Allah. Rumah Lontiok memiliki keunikan bentuk, serta memiliki nilai-nilai simbolik yang terkandung pada rumah tradisional Lontiok.

 Pengolahan material, pilihan bentuk, penggunaan ragam hias dan maknanya diduga berhubungan erat dengan nilai adat serta nilai sosial masyarakat Kampar. SALAH SATU RUMAH LONTIOK DI DESA WISATA PULAU BELIMBING Bentuk rumah Lontiok berasal dari bentuk perahu, hal ini tercermin dari sebutan pada bagian-bagian rumah tersebut seperti : bawah, tengah, ujung, pangkah, serta turun, naik. Dinding depan dan belakang dibuat miring keluar dan kaki dinding serta tutup didinding dibuat melengkung sehingga bentuknya menyerupai sebuah perahu yang diletakkan di atas tiang-tiang. Rumah Lontiok berfungsi sebagai rumah adat dan rumah tempat tinggal.

 Dibangun dalam satu prosesi panjang yang melibatkan masyarakat luas serta upacara. Struktur bangunannya terdiri atas bagian bawah (kolong), bagian tengah dan bagian atas. BALAI ADAT KABUPATEN KAMPAR YANG BERBENTUK RUMAH LONTIOK Pembagian ini dipengaruhi oleh pemikiran kosmologi tradisi masyarakat Indonesia yang membagi alam atas tiga lapisan yaitu : lapisan atas sebagai tempat tinggal dewa, lapisan tengah sebagai tempat tinggal manusia dan lapisan bawah alam kejahatan.

Bagian bawah difungsikan sebagai tempat penyimpanan alat kerja, kayu bakar, hasil kebon, bagian tengah sebagai tempat tinggal manusia yang merupakan harmoni hubungan dunia atas dan dunia bawah, sedangkan bagian atas dijadikan sebagai tempat penyimpanan barang-barang berharga dan benda-benda pusaka. Ragam hias yang digunakan pada rumah Lontiok terdiri dari bentuk stilasi tumbuh-tumbuhaan, binatang serta bentuk geometris terlihat pada motif bunga kundur,akar pakis, selembayung yang distilasi dari bentuk kepala kerbau, lebah bergantung, pucuk rebung, bintang dan lain-lain.

 Makna tersimpan dibalik bentuk bangunan, ragam hias, simbol-simbol yang terdapat pada komponen bangunan yang hanya dapat dipahami dalam konteks budaya masyarakat Kampar.

*Sumber: detakkampar.com

Apa itu OCU?


Suku Ocu adalah salah satu suku yang terdapat di Kabupaten Kampar Provinsi Riau. Lebih spesifiknya, suku ini terletak di Desa Rumbio Pulau Siliang. Suku Ocu termasuk kelompok Melayu Tua, atau Proto Malayo. Suku ini juga memiliki suku-suku kecil atau subsuku, yaitu suku Piliang, Domo, Putopang, Kampai, dan suku Mandiliong.
Masyarakat Ocu berbicara dalam Bahasa Ocu, yang dikategorikan sebagai bagian dari Rumpun Bahasa Melayu. Hanya saja bahasa Ocu diperkirakan lebih tua dari bahasa Melayu Daratan. Mayoritas masyarakatnya beragama Islam, diikuti oleh Protestan, Katolik, Budha, dan Hindu. Masyarakat Ocu bermatapencaharian dari sektor pertanian, perkebunan, dan kehutanan.
Kepastian mengenai asal-usul suku Ocu belum jelas karena terdapat beberapa pendapat. Ada yang mengatakan bahwa suku Ocu berasal dari orang-orang Minangkabau Sumatera Barat. Pendapat ini dikemukakan karena letak pemukiman suku Ocu berbatasan langsung dengan provinsi Sumatera Barat. Beberapa budaya, adat istiadat, bahasa, struktur pemerintahan, hingga gaya bangunan juga memiliki kemiripan dengan budaya Sumatera Barat.
Di samping itu juga, bila menengok sejarah masa lalu, wilayah suku Ocu merupakan wilayah kekuasaan Kerajaan Pagaruyung. Walaupun banyak hal yang bisa dikatakan mirip antara budaya Ocu dan Minangkabau, justru masyarakat suku Ocu membantah dan menyatakan bahwa mereka bukan keturunan orang Minangkabau. Apalagi disebut sebagai orang Minangkabau. Bagi mereka, karakter dan kebiasaan orang Ocu sangat berbeda dengan orang Minangkabau.
Pendapat lain mengatakan bahwa orang Ocu berasal dari keturunan orang Melayu Daratan. Pendapat ini didasarkan atas kesamaan karakteristik masyarakat Ocu di kabupaten Kampar, dengan adat dan kebudayaan di beberapa kabupaten di provinsi Riau yang didominasi masyarakat Melayu.
Dalam adat Kampar, anak pertama oleh saudara-saudaranya dipanggil dengan sebutan Uwo (berasal dari kata Tuo, Tua, yang paling tua). Anak kedua dipanggil oleh adik-adiknya dengan kata Ongah, yang berasal dari kata Tengah, artinya anak yang paling tengah, atau anak kedua. Sedangkan anak yang ke tiga dipanggil oleh adik-adiknya dengan nama Udo, atau anak yang paling Mudo atau yang paling Muda.
Untuk anak yang keempat, baik laki-laki maupun perempuan dipanggil dengan Ocu. Kemungkinan besar berasal dari kata Ongsu, dalam bahasa Indonesia berarti bungsu atau anak yang bungsu (terakhir). Anak kelima dan seterusnya juga berhak untuk disapa dengan Ocu. Penyebutan seperti itu juga berlaku dalam adat Ocu dan Melayu Daratan.
Tidak hanya dalam struktur kekeluargaan saja kata Ocu digunakan, tapi digunakan pula bagi anak-anak yang lebih muda kepada teman, kerabat dan sanak keluarga. Seperti anak muda kepada yang sedikit lebih tua dari pada dirinya.
Kata ini juga dipakai sebagai panggilan kehormatan dan kebanggaan—bukan panggilan kebesaran seperti gelar adat—bagi orang Kampar. Dengan demikian, selain nama suku, Ocu juga bisa merujuk pada nama wilayah, suku, bahasa, adat, sebutan atau nama panggilan dan panggilan kebanggaan bagi orang-orang di Kampar.
 *Sumber: kebudayaanindonesia.net